Aku dengar kini bapak sering sakit, tidak punya uang serta hidup susah. Juga utang bapak ada dimana-mana. Pak, kenapa? Kenapa hal itu yang bapak pilih? Pak, sungguh anak-anak bapak pasti mampu membiayai bapak dan ibu. Tapi kenapa bapak memilih pergi dari kami?! Katanya rejeki bapak dimatikan karena rejeki anak-anak dinyalakan, apa benar pak?
Pak, bapak adalah laki-laki yang membuatku sangat patah hati. Aku masih ingat betul bagaimana aku menangis saat tau keputusan itu yang bapak pilih. Bapak tau bagaimana anak-anak lain merasa dihajar oleh kerasnya dunia?! Pak, aku sudah melewati itu. Rasanya dihajar dunia tidak seberapa dibanding dengan luka yang bapak buat. Hingga aku pernah berucap, mungkin aku memilih untuk tidak menikah jika laki-laki tersebut seperti bapak.
Aku sibuk sekali, mungkin lebih tepatnya menyibukan diri. Aku mengambil banyak pekerjaan, bersepeda dan berlari saat punya waktu luang hingga rasanya aku lelah dan akan terlelap di malam hari. Tapi kadang, saat fajr tiba aku teringat dan tetap menangis. Aku sering kali berdoa, agar aku bisa menjadi manusia pemaaf, memiliki hati yang lapang dan kehidupan yang tenang.
0 Comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentarmu disini...